MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
USIA DINI
OLEH
MIRA
WAHYUNI
54425
/ 2010
REGULER
MANDIRI 2010
PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERILAKU
SOSIAL
ANAK USIA DINI USIA 3 – 4 TAHUN
Anak usia
dini merupakan pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia
dini mempunyai karakteristik tersendiri, yang terkadang membuat orang dewasa
disekitarnya menjadi terkaget-kaget bila melihat dan mendengarkan
perilaku maupun percakapan mereka dengan teman sebayanya. Berbicara mengenai perkembangan
perilaku sosial pada anak usia dini ( 3 – 4 tahun ), banyak hal yang menarik di
dalamnya. Anak usia 3-4 tahun yang dalam hal ini masih berada di rentang usia
kelompok Bermain, mempunyai karakteristik tersendiri dalam
perkembanganya. Khususnya dalam perkembangan perilaku sosial, anak perlu
dibiasakan dan diajarkan bagaimana cara mereka berinteraksi dalam
lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran
perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam lingkungan keluarga,
sangat penting agar kelak anak – anak menjadi pribadi yang santun, mempunyai
rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati, dan mempunyai sifat
sosial yang baik. Dengan mempunyai bekal dengan pembiasaan berinteraksi sosial
dan berperilaku yang baik, maka insya Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi
generasi penerus bangsa yang mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan
interpersonal yang akan mengaharumkan bangsa dan negaranya. Banyak anak usia dini berada di
lingkungan yang kurang begitu baik untuk mereka berinteraksi sosial, ini perlu
penanganan serius dari pemerintah. Karena penanganan yang telah dilakukan
selama ini belum begitu efektif. Walaupun ada program yang diberikan
kepada anak-anak jalanan (ANJAL) yang dananya diluncurkan dari pemerintah (
dalam hal ini penulis beberapa kali ikut terlibat dalam penanganan ANJAL
di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bandung), namun programnya belum tepat
sasaran. Karena mereka hanya dibina dalam hitungan waktu yang relatif singkat,
sehingga setelah pembinaan selesai, hampir semua anak jalanan kembali ke jalan
dengan kegiatan yang semula.Program pendidikan yang diberikan tidak
berkelanjutan, misalnya pengajaran budi pekerti dan pelajaran pra sekolah /
sekolah dasar yang diberikan tidak dilanjutkan supaya mereka bisa sekolah seperti halnya
anak-anak lain.
. Teori Perkembangan
Perilaku Sosial
Menurut
Bandura (Crain:2007;301) bahwa di dalam situasi sosial kita belajar
menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari
pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet,
dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan:
1.
sosialisasi
adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri
sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2. Perkembangan sosial adalah suatu
proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti
contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono
juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam
perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai
sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan
internalisasi. Berikut bagan proses penanaman sosial menurut Sujiono :
IMITASI
Proses peniruan terhadap tingkah
laku sikap serta cara pandang orang dewasa dalam aktifitas yang dilihat anak,
secara sengaja anak belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya
|
INTERNALISASI
|
Berupa proses penanaman serta
penyerapan nilai-nilai yang relative mantap dan menetapnya suatu
nilai-nilai itu tertanam menjadi milik seseorang sehingga dibutuhkan
pemahaman terhadap nilai-nilai baik, buruk sehingga anak dapat
berkembang menjadi makhluk sosial yang sehat dan bertanggung jawab
|
IDENTIFIKASI
|
Berupa proses terjadinya pengaruh
sosial pada seseorang yang didasarkan pada orang tersebut untuk
menjadi individu lain yang dikaguminya.
|
Adapun
tokoh-tokoh teori perkembangan perilaku sosial adalah L.S. Vygotsky ( 1896-
1934 ) dengan teori sosial historisnya yang memadukan dua garis utama
perkembangan dengan garis alamiah yang muncul dari dalam diri manusia dan garis
sosial historis yang mempengaruhi manusia sejak kecil tanpa bisa
dihindari. Tokoh teori perkembangan perilaku sosial berikutnya adalah Erik
Erikson dengan teori 8 tahapan psikososial individu yang dalam hal
ini penulis hanya akan menuliskannya 1 tahap saja yaitu tahap ke 3
sesuai dengan pembahasan tahapan perkembangan usia 3 – 4 tahun. Menurut Erikson
(Papalia : 2008: 41 ) anak usia 3 sampai 6 tahun berada dalam tahapan
inisiatif versus perasaan bersalah. Pada usia ini anak mengembangkan inisiatif
ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan
bersalah.
PROGRAM STIMULASI BERMAIN
PENGEMBANGAN PEMBENTUKAN PERILAKU
SOSIAL
ANAK USIA 3- 4 TAHUN
I.
PROGRAM
PEMBENTUKAN PERILAKU
Minggu
|
Perkembangan
|
Terprogram
|
Rutin
|
Media
|
|
I
|
Mulai menunjukkan sikap
toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok
|
- Bermain lempar bola yang diikuti
4-5 anak.
- Membuat bangunan
kantor walikota dan lingkungannya dengan berbagai media
- Menghargai pekerjaan
teman dalam menyusun balok, sehingga tidak merobohkan hasil pekerjaan teman
lain.
|
- Membersihkan karpet
setelah digunakan menggunakan sapu kecil
- Membaca buku bersama
- Menyiram tanaman dan
menjaga dan merawat tanaman bersama-sama
-
|
- Bola
- Karpet
- Dus bekas
- Balok-balok
- Sapu kecil
- Emrat penyiram tanaman
|
|
II
|
Mulai menghargai orang lain
|
- Mengajak teman
bermain bersama
- Berbagi mainan
dengan teman
|
- Bermain peran
sebagai pedagang “Sayur “keliling
- Mendengarkan teman
berbicara
|
- –
Gerobak sayur terbuat dari dus bekas
|
|
III
|
Bersabar menunggu giliran
|
- Antri ke toilet
training
- Bergiliran
menggunakan ‘emrat ‘ penyiram bunga
|
- Bersabar menunggu
giliran menyendok nasi pada saat makan bersama
- Bersabar antri
mencuci tangan
|
||
IV
|
Bereaksi terhadap hal-hal yang
dianggap tidak benar
|
- mengucapkan kata “
kamu tidak boleh begitu….”(ketika melihat temannya yang berkata tidak baik
- menegur teman yang
membuang sampah tidak pada tempatnya
|
- Mengucapkan kata maaf bila
melakukan kesalahan
- Memberi tahu teman
agar mengembaliakn mainan pada tempatnya
|
TAHAPAN DAN KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK USIA 3 -4TAHUN
Tahapan
-
Berbicara bebas pada dirinya, orang lain bahkan mainnannya, berbicara lancar,
bermain dengan kelompok anak kadang merasa puas bila bermain sendiri untuk
waktu yang lama, dan mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film.
-
Inisiatif VS Rasa bersalah
Anak pada tahap ini sudah merasa
yakin bahwa ia adalah
seseorang, maka dari itu ia ingin tahu, sperti apakah ia.Pada tahap ini anak
mulai melihat orang tua sebagai sosok yang dikagumi sekaligus juga menakutkan
baginya. Pada tahap ini anak sudah dituntut untuk berperilaku yang baik dan
bertanggung jawab dilingkungan sosialnya.
Karakteristik
Anak usia 3-4 tahun mempunyai
karakteristik tersendiri dalam perkembangan sosialnya. Mereka sudah mempunyai :
1.
Perkembangan
pemahaman diri
yaitu sudah dapat menggambarkan tentang dirinya secara eksternal yaitu
dengan menggambarkan /dengan cara memperkenalkan diri dengan menyebutkan
ciri-ciri fisik dan memeperkenalkan karakteristik dirinya secara psikologis
yaitu anak memberitahukan kesukaan atau hobinya.
2. Perkembangan hubungan sosial, yaitu perkembangan hubungan sosial
dengan teman sebaya yang biasanya diperlihatkan dalam hubungan pada saat
kegitan bermain dengan teman seperti yang dikatakan Parten dalam Mc
Devitt&Ormrod, 2002 dalam Hildayani 2007) bahwa ada 6 katagori
perilaku anak dalam bermain sosial dengan teman sebaya:
·
Unoccupied
behavior yaitu Anak
gagal untuk terikat dalam kegiatan khusus atau gagal untuk berinteraksi dengan
individu lain. Biasanay anak hanya mengamati, berjalan, atau duduk diam.
·
Solitary play yaitu Anak asik dengan permainannya
sendiri, begitu pula dengan snsak lain.Meski mereka dalam satu ruang
biasanay anak tidak berkomunikasi satu sama lain.
·
Onlooker
behaviorAnak melihat teman lain yang sedang bermain, namun tidak mau ikut terlibat
di dalamnya
·
Parallel
Play yaitu Anak
bermain berdampingan, tapi tidak ada komunikasi
·
Assosiative
Play yaitu Anak
bermain bersama, berbagi objek/mainan, namun tidak banyak bicara. Anak bisa
juga bertukar mainan, dengan sedikit member komentar.
·
Cooperative
Play yaitu Anak
secara aktif berinteraksi dengan teman sepermainan, kadang mengambil peran
tertentu dan tetap memelihara hubungan interaksi tersebut.
3.
Perkembangan
Kemampuan mengatur diri sendiri, yaitu anak memperoleh strategi dan rencana yang lebih
fleksibel untuk mengatur perilakunya sesuai dengan aturan dan larangan
orang dewasa.
4.
Pengambilan
inisiatif, yaitu
anak pada masa ini mulai mempunyai rasa untuk mengembangkan inisiatif dan
berusaha untuk menguasai linglkungannya
5.
Perkembangan
perilaku prososial, yaitu
karakteristik yang biasanya diperlihatkan oleh anak dengan cara kesadaran
berempati mematuhi orang tua untuk berbagi dengan teman, misalnya. Walaupun
sebetulnya ia kurang bgitu berkenan untuk melakukannya.
6.
Perkembangan empati, yaitu kemampuan anak dalam
menyikapi perasaan orang lain, sebagai contoh ada temannya di sekolah yang
sedang bersedih karena ditinggal mamanya pulang. Anak yang sudah mempunyai
empati akan membujuk temannya dengan mengajaknya bermain atau mengajaknya
menemui ibu guru
IV.
STRATEGI KEGIATAN
MATERI
|
METODE
|
MEDIA
|
PROSEDUR
|
1.Bermain Lempar Bola
2.Membuat “Gedung Kantor
Walikota”
3.Bermain Peran “ Tukang Sayur “
keliling
|
Demonstrasi
Praktek langsung
Bernyanyi
Big Project
Praktek langsung
Demontrasi
Bermain Peran
|
- Bola plastic kecil
- Keranjang sampah plastic
- Lem
- Gunting
-Isolasi
- Dus bekas
- Cat air
- Kuas
-Macam-macam tanaman
-Gerobak kecil terbuat dari dus
-Macam-macam sayuran plastic,
sayuran asli, sayuran terbuat dari koran bekas, macam-macam bumbu dapur,
dsb
|
Awal
- Guru menyiapkan berbagai
Peralatan yang dibutuhkan
- Guru mengucapkan salam dan
selamat datang di Sentra Olah Tubuh Karunia Allah.
-Guru mengawali dengan permainan
kosa kata : Bola, lempar, pantulkan dan warna
-Guru mengajak anak didik untuk turut
serta mengeluarkan peralatan yang akan di gunakan
-Guru meminta anak untuk
berdiri dan membuat lingkaran kecil
-Guru menanyakan kepada anak,
kira-kira apa yang akan dilakukan dengan bola-bola yang ada.
Inti
-Guru memberi contoh cara melempar
bola kepada teman yang ada dilingkaran
- Anak diminta
untuk mencoba melempar bola kepada teman yang ada di depan.
-Anak diminta bergantian untuk
memantulkan bola dan melemparkan kepada teman lain sambil menyanyikan
“BOLAKU”
Penutup
-Guru mengajak anak untuk merapikan
peralatan setelah dipakai
-Guru mengajak anak melakukan
penenangan dengan bernyanyi “ Warna kesukaanku”
Pembukaan
-Guru mengucapkan selamat datang
di Sentra Seni&Kreatifitas karunia Allah
- Guru menanyakan kepada anak
apakah hari ini menyenangkan atau tidak.
-Guru menginformasikan kegiatan
hari ini
-Guru mengajak anak bermain kosa
kata
Inti
-Guru memperlihatkan peralatan
yang akan dipakai
-Guru menanyakan kepada anak,
kira-kira gedung apakah yang akan dibuat oleh anak-anak.
-Guru member contoh cara membuat
gedung kantor walikota
-Guru menanyakan aturan /tata
tertib yang akan disepakati oleh anak.
-Guru memberitahukan bahwa mereka
boleh memilih tempat dimana akan membuat gedung dengan cara berkelompok
besar.
-Guru mempersilakan anak untuk
memulai pekerjaannya.
-Guru berkeliling melihat apakah
ada anak yang kesulitan dalam melakukan pekerjaannya.
Penutup
-Guru mengajak anak untuk
mengucapkan Alhamdulillah karena telah selesai mengerjakan pekerjaannya hari
itu.
- Guru melakukan recalling
kegiatan
-Guru mengomentari hasil
kerja anak.
-Guru mengajak anak untuk
mendisplay hasil karya mereka di kelas.
-Guru mengucapkan terimakasih
karena anak-anak sudah mau bekerjasama dengan baik.
-Guru mengucapkan salam
Pembukaan
-Guru mengucapkan selamat datang
di Sentra Peran Makro karunia Allah.
- Guru menanyakan keadaan
anak hari itu.
- Guru memberikan story
reading “Tukang Sayur”.
-Anak diminta untuk memerankan
bagaimana menjadi tukang sayur, dan pembeli.
-Anak melakukan kegiatan bermain
peran “Tukang sayur”
-Guru menstimulus anak bila ada
anak yang bingung dengan perannya.
Penutup
-Guru menanyakan apakah kegiatan
hari itu sangat menyenangkan atau tidak?
- Guru menanyakan apa saja
yang dijual oleh pedagang sayur?
-Guru menutup pertemuan dengan
membaca hamdallah.
|
Langkah – langkah penanganan konflik anak usia dini
Tak hanya pada orang
dewasa, konflik juga bisa terjadi pada anak -anak. Mungkin anak Anda pernah
berkeluh kesah, seorang teman
yang marah padanya karena sebuah kesalahpahaman. Lalu, nasihat apa yang
sebaiknya Anda berikan? Mengajarkan
anak cara mengatasi konflik sejak dini ternyata penting
untuk membangun ketrampilannya dalam menyelesaikan setiap masalah saat ia
dewasa. Hal ini juga dapat membentuk pribadi anak untuk tidak menjadi seorang
yang pendiam, pasrah, dan selalu menghindar dari masalah. Berikut beberapa tips dalam mengajarkan
anak dalam mengatasi masalah mereka.
1. Cari tahu masalah dari sudut pandang anak.
Dengarkan saat dia menceritakan, apa penyebab konflik tersebut, dan cara pandang mereka pada masalah ini. Lalu, pikirkan tentang segala hal yang dapat membantu anak dalam menyelesaikan masalah tersebut dari beragam perspektif.Intinya, jangan melihat masalah tersebut hanya dari sudut pandang anak Anda.
2. Jelaskan pro dan kontra
Seorang anak akan sangat sulit memahami dampak jangka panjang dari tindakan seseorang, atau bagaimana masalah kecil bisa menjadi masalah yang berkembang lebih besar. Jelaskan sisi positif dari penyelesaian masalah, dibandingkan hanya membiarkan masalah tersebut berlalu. Bantu anak Anda untuk mengerti bahwa bersembunyi dari masalah tidak membuat masalah tersebut selesai dengan baik.
1. Cari tahu masalah dari sudut pandang anak.
Dengarkan saat dia menceritakan, apa penyebab konflik tersebut, dan cara pandang mereka pada masalah ini. Lalu, pikirkan tentang segala hal yang dapat membantu anak dalam menyelesaikan masalah tersebut dari beragam perspektif.Intinya, jangan melihat masalah tersebut hanya dari sudut pandang anak Anda.
2. Jelaskan pro dan kontra
Seorang anak akan sangat sulit memahami dampak jangka panjang dari tindakan seseorang, atau bagaimana masalah kecil bisa menjadi masalah yang berkembang lebih besar. Jelaskan sisi positif dari penyelesaian masalah, dibandingkan hanya membiarkan masalah tersebut berlalu. Bantu anak Anda untuk mengerti bahwa bersembunyi dari masalah tidak membuat masalah tersebut selesai dengan baik.
3. Bantu memilih kata
Setelah anak menyadari bahwa ia perlu menyelesaikan masalah dengan teman, bantu dia dalam praktiknya. Ajarkan dalam memilih kata yang tepat dan bagaimana cara berbicara yang benar agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
4. Jelaskan skenario terburuk
Ada kemungkinan anak merasa takut ditolak, atau takut masalah akan bertambah buruk ketika Ia membahas lagi masalah tersebut. Berikan tips pada anak tentang bagaimana memasuki sebuah situasi yang menegangkan. Misalkan saat ia terpojok karena perkataan temannya, cukup katakan, "Saya merasa terganggu ketika kamu mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang saya," sehingga teman yang dituju tidak akan merasa terancam.
5. Ajarkan nilai-nilai kata 'maaf'
Sebuah kata maaf yang tulus kadang sulit untuk dikatakan, tapi sangat bernilai untuk menyelesaikan konflik. Selain itu, anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang bijak dengan mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Inilah salah satu alasan mengapa orang tua harus selalu jadi sahabat terbaik bagi anak-anak mereka.
Daftar Pustaka
Hurlock, Elizabeth , Perkembangan
Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra, Jakarta: 1987
Hildayani, Rini , Psiklogi
Perkembangan Anak, Jakarta:UT, 2007
Sujiono, Yuliani Nurani , Eriva
Syamsiatin, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta:Pudiani Press,
2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar