Jumat, 14 Desember 2012

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL


MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI







OLEH

MIRA WAHYUNI

54425 / 2010



REGULER MANDIRI 2010
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
                                               FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN              
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012





PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL
ANAK USIA DINI USIA 3 – 4 TAHUN
Anak usia dini merupakan pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia dini mempunyai karakteristik tersendiri, yang terkadang membuat orang dewasa disekitarnya menjadi terkaget-kaget bila melihat dan mendengarkan  perilaku maupun percakapan mereka dengan teman sebayanya. Berbicara mengenai perkembangan perilaku sosial pada anak usia dini ( 3 – 4 tahun ), banyak hal yang menarik di dalamnya. Anak usia 3-4 tahun yang dalam hal ini masih berada di rentang usia kelompok Bermain,  mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembanganya. Khususnya dalam perkembangan perilaku sosial, anak perlu dibiasakan dan diajarkan bagaimana cara mereka  berinteraksi dalam lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam lingkungan keluarga, sangat penting agar kelak anak – anak menjadi pribadi yang santun, mempunyai rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang baik. Dengan mempunyai bekal dengan pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang baik, maka insya Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan mengaharumkan bangsa dan negaranya. Banyak anak usia dini berada di lingkungan yang kurang begitu baik untuk mereka berinteraksi sosial, ini perlu penanganan serius dari pemerintah. Karena  penanganan yang telah dilakukan selama ini belum  begitu efektif. Walaupun ada program yang diberikan kepada anak-anak jalanan (ANJAL) yang dananya diluncurkan dari pemerintah ( dalam hal ini penulis beberapa kali ikut terlibat  dalam penanganan ANJAL di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bandung), namun programnya belum tepat sasaran. Karena mereka hanya dibina dalam hitungan waktu yang relatif singkat, sehingga setelah pembinaan selesai, hampir semua anak jalanan kembali ke jalan dengan kegiatan yang semula.Program pendidikan yang diberikan tidak berkelanjutan, misalnya pengajaran budi pekerti dan pelajaran pra sekolah / sekolah dasar yang diberikan tidak dilanjutkan supaya mereka bisa sekolah seperti halnya anak-anak lain.
.   Teori Perkembangan Perilaku Sosial
Menurut Bandura (Crain:2007;301)  bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan:
1.      sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan  yang berasal dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2.      Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi. Berikut bagan proses penanaman sosial menurut Sujiono :
IMITASI
Proses peniruan terhadap tingkah laku sikap serta cara pandang orang dewasa dalam aktifitas yang dilihat anak, secara sengaja anak belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya



INTERNALISASI

Berupa proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai yang relative mantap  dan menetapnya suatu nilai-nilai itu tertanam menjadi milik seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai baik, buruk sehingga anak dapat berkembang  menjadi makhluk sosial yang sehat dan bertanggung jawab

IDENTIFIKASI

Berupa proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang  yang didasarkan  pada orang tersebut untuk menjadi individu lain yang dikaguminya.
Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan perilaku sosial adalah L.S. Vygotsky ( 1896- 1934 ) dengan teori sosial historisnya yang memadukan dua garis utama perkembangan dengan garis alamiah yang muncul dari dalam diri manusia dan garis sosial  historis  yang mempengaruhi manusia sejak kecil tanpa bisa dihindari. Tokoh teori perkembangan perilaku sosial berikutnya adalah Erik Erikson  dengan teori 8 tahapan psikososial  individu yang dalam hal ini penulis hanya akan menuliskannya   1 tahap saja yaitu tahap ke 3 sesuai dengan pembahasan tahapan perkembangan usia 3 – 4 tahun. Menurut Erikson (Papalia : 2008: 41 ) anak usia  3 sampai 6 tahun berada dalam tahapan inisiatif versus perasaan bersalah. Pada usia ini anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan bersalah.

PROGRAM STIMULASI BERMAIN
PENGEMBANGAN PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL
ANAK USIA 3- 4 TAHUN
I.                   PROGRAM PEMBENTUKAN PERILAKU

Minggu
Perkembangan
Terprogram
Rutin
Media

I
Mulai  menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok
- Bermain lempar bola yang diikuti 4-5 anak.
-   Membuat bangunan  kantor walikota dan lingkungannya dengan berbagai  media
-   Menghargai pekerjaan teman dalam menyusun balok, sehingga tidak merobohkan hasil pekerjaan teman lain.
- Membersihkan karpet  setelah digunakan menggunakan sapu kecil
-   Membaca buku bersama
-   Menyiram tanaman dan menjaga dan merawat tanaman bersama-sama
-
-  Bola
-  Karpet
-  Dus bekas
-  Balok-balok
-  Sapu kecil
-  Emrat penyiram tanaman

II
Mulai menghargai orang lain
-   Mengajak teman bermain bersama
-   Berbagi mainan dengan teman
-   Bermain peran sebagai pedagang “Sayur “keliling
-   Mendengarkan teman berbicara
-     – Gerobak sayur terbuat dari dus bekas

III
Bersabar menunggu giliran
-   Antri ke toilet training
-   Bergiliran menggunakan ‘emrat ‘ penyiram bunga
-   Bersabar menunggu giliran menyendok nasi pada saat makan bersama
-   Bersabar antri mencuci tangan


IV
Bereaksi terhadap hal-hal yang dianggap tidak benar
-   mengucapkan kata “ kamu tidak boleh begitu….”(ketika melihat temannya yang berkata tidak baik
-   menegur teman yang membuang sampah tidak pada tempatnya
-  Mengucapkan kata maaf bila melakukan kesalahan
-   Memberi tahu teman agar mengembaliakn mainan pada tempatnya



TAHAPAN DAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK USIA 3 -4TAHUN
Tahapan
-       Berbicara bebas pada dirinya, orang lain bahkan mainnannya, berbicara lancar, bermain dengan kelompok anak kadang merasa puas bila bermain sendiri untuk waktu yang lama, dan mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film.
-       Inisiatif VS Rasa bersalah
Anak pada tahap ini sudah merasa yakin bahwa ia adalah seseorang, maka dari itu ia ingin tahu, sperti apakah ia.Pada tahap ini anak mulai melihat orang tua sebagai sosok yang dikagumi sekaligus juga menakutkan baginya. Pada tahap ini anak sudah dituntut untuk berperilaku yang baik dan bertanggung jawab dilingkungan sosialnya.
Karakteristik
Anak usia 3-4 tahun mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembangan sosialnya. Mereka sudah mempunyai :
1.      Perkembangan pemahaman diri yaitu sudah dapat menggambarkan tentang dirinya secara eksternal yaitu dengan  menggambarkan /dengan cara memperkenalkan diri dengan menyebutkan ciri-ciri fisik dan memeperkenalkan karakteristik dirinya secara psikologis yaitu anak memberitahukan kesukaan atau hobinya.
2.      Perkembangan hubungan sosial, yaitu perkembangan hubungan sosial dengan teman sebaya yang biasanya diperlihatkan dalam hubungan pada saat kegitan bermain dengan teman seperti yang dikatakan Parten dalam Mc Devitt&Ormrod, 2002 dalam  Hildayani 2007) bahwa ada 6 katagori  perilaku anak dalam bermain sosial dengan teman sebaya:
·         Unoccupied behavior yaitu Anak gagal untuk terikat dalam kegiatan khusus atau gagal untuk berinteraksi dengan individu lain. Biasanay anak hanya mengamati, berjalan, atau duduk diam.
·          Solitary play yaitu Anak asik dengan permainannya sendiri, begitu pula dengan snsak lain.Meski mereka dalam satu ruang  biasanay anak tidak berkomunikasi satu sama lain.
·         Onlooker behaviorAnak melihat teman lain yang sedang bermain, namun tidak mau ikut terlibat di dalamnya
·         Parallel Play yaitu Anak bermain berdampingan, tapi tidak ada komunikasi
·         Assosiative Play yaitu Anak bermain bersama, berbagi objek/mainan, namun tidak banyak bicara. Anak bisa juga bertukar mainan, dengan sedikit member komentar.
·         Cooperative Play yaitu Anak secara aktif berinteraksi dengan teman sepermainan, kadang mengambil peran tertentu dan tetap memelihara hubungan interaksi tersebut.
3.      Perkembangan Kemampuan mengatur diri sendiri, yaitu anak  memperoleh strategi dan rencana yang lebih fleksibel untuk mengatur  perilakunya sesuai dengan aturan dan larangan orang dewasa.
4.      Pengambilan inisiatif, yaitu  anak pada masa ini mulai mempunyai rasa untuk mengembangkan inisiatif dan berusaha untuk menguasai linglkungannya
5.      Perkembangan perilaku prososial, yaitu karakteristik yang biasanya diperlihatkan oleh anak dengan cara kesadaran berempati mematuhi orang tua untuk berbagi dengan teman, misalnya. Walaupun sebetulnya ia kurang bgitu berkenan untuk melakukannya.
6.      Perkembangan empati, yaitu kemampuan anak dalam menyikapi perasaan orang lain, sebagai contoh ada temannya di sekolah yang sedang bersedih karena ditinggal mamanya pulang. Anak yang sudah mempunyai empati akan membujuk temannya dengan mengajaknya bermain atau mengajaknya menemui ibu guru

IV. STRATEGI KEGIATAN
MATERI
METODE
MEDIA
PROSEDUR
1.Bermain Lempar Bola
2.Membuat  “Gedung Kantor Walikota”
3.Bermain Peran “ Tukang Sayur “ keliling
Demonstrasi
Praktek langsung
Bernyanyi
Big Project
Praktek langsung
Demontrasi
Bermain Peran
- Bola plastic kecil
- Keranjang sampah plastic
- Lem
- Gunting
-Isolasi
- Dus bekas
- Cat air
- Kuas
-Macam-macam tanaman
-Gerobak kecil terbuat dari dus
-Macam-macam sayuran plastic, sayuran asli, sayuran terbuat  dari koran bekas, macam-macam bumbu dapur, dsb
Awal
- Guru menyiapkan berbagai Peralatan yang dibutuhkan
- Guru mengucapkan salam dan selamat datang di Sentra Olah Tubuh Karunia Allah.
-Guru mengawali dengan permainan kosa kata : Bola, lempar, pantulkan dan warna
-Guru mengajak anak didik untuk turut serta mengeluarkan peralatan yang akan di gunakan
-Guru meminta anak untuk  berdiri dan membuat lingkaran kecil
-Guru menanyakan kepada anak, kira-kira apa yang akan dilakukan dengan bola-bola yang ada.
Inti
-Guru memberi contoh cara melempar bola kepada teman yang ada dilingkaran
-    Anak diminta untuk mencoba melempar bola kepada teman yang ada di depan.
-Anak diminta bergantian untuk memantulkan bola dan melemparkan kepada teman lain sambil menyanyikan “BOLAKU”
Penutup
-Guru mengajak anak untuk merapikan peralatan setelah dipakai
-Guru mengajak anak melakukan penenangan dengan bernyanyi “ Warna kesukaanku”
Pembukaan
-Guru mengucapkan selamat datang di Sentra Seni&Kreatifitas karunia Allah
- Guru menanyakan kepada anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak.
-Guru menginformasikan kegiatan hari ini
-Guru mengajak anak bermain kosa kata
Inti
-Guru memperlihatkan peralatan yang akan dipakai
-Guru menanyakan kepada anak, kira-kira gedung apakah yang akan dibuat oleh anak-anak.
-Guru member contoh cara membuat gedung kantor walikota
-Guru menanyakan aturan /tata tertib yang akan disepakati oleh anak.
-Guru memberitahukan bahwa mereka boleh memilih tempat dimana akan membuat gedung dengan cara berkelompok besar.
-Guru mempersilakan anak untuk memulai pekerjaannya.
-Guru berkeliling melihat apakah ada anak yang kesulitan dalam melakukan pekerjaannya.
Penutup
-Guru mengajak anak untuk mengucapkan Alhamdulillah karena telah selesai mengerjakan pekerjaannya hari itu.
- Guru melakukan recalling kegiatan
-Guru  mengomentari hasil kerja anak.
-Guru mengajak anak untuk mendisplay hasil karya mereka di kelas.
-Guru mengucapkan terimakasih karena anak-anak sudah mau bekerjasama dengan baik.
-Guru mengucapkan salam
Pembukaan
-Guru mengucapkan selamat datang di Sentra Peran Makro karunia Allah.
- Guru menanyakan keadaan anak hari itu.
- Guru memberikan story reading “Tukang Sayur”.
-Anak diminta untuk memerankan bagaimana menjadi tukang sayur, dan pembeli.
-Anak melakukan kegiatan bermain peran “Tukang sayur”
-Guru menstimulus anak bila ada anak yang bingung dengan perannya.
Penutup
-Guru menanyakan apakah kegiatan hari itu sangat menyenangkan atau tidak?
- Guru menanyakan apa saja yang dijual oleh pedagang sayur?
-Guru menutup pertemuan dengan membaca hamdallah.

Langkah – langkah penanganan konflik anak usia dini
Tak hanya pada orang dewasa, konflik juga bisa terjadi pada anak -anak. Mungkin anak Anda pernah berkeluh kesah, seorang teman yang  marah padanya karena sebuah kesalahpahaman. Lalu, nasihat apa yang sebaiknya Anda berikan? Mengajarkan anak cara mengatasi konflik sejak dini ternyata penting untuk membangun ketrampilannya dalam menyelesaikan setiap masalah saat ia dewasa. Hal ini juga dapat membentuk pribadi anak untuk tidak menjadi seorang yang pendiam, pasrah, dan selalu menghindar dari masalah. Berikut beberapa tips dalam mengajarkan anak dalam mengatasi masalah mereka.

1. Cari tahu masalah dari sudut pandang anak.
Dengarkan saat dia menceritakan, apa penyebab konflik tersebut, dan cara pandang mereka pada masalah ini. Lalu, pikirkan tentang segala hal yang dapat membantu anak dalam menyelesaikan masalah tersebut dari beragam perspektif.Intinya, jangan melihat masalah tersebut hanya dari sudut pandang anak Anda.

2. Jelaskan pro dan kontra
Seorang anak akan sangat sulit memahami dampak jangka panjang dari tindakan seseorang, atau bagaimana masalah kecil bisa menjadi masalah yang berkembang lebih besar.
Jelaskan sisi positif dari penyelesaian masalah, dibandingkan hanya membiarkan masalah tersebut berlalu. Bantu anak Anda untuk mengerti bahwa bersembunyi dari masalah tidak membuat masalah tersebut selesai dengan baik.


3. Bantu memilih kata
Setelah anak menyadari bahwa ia perlu menyelesaikan masalah dengan teman, bantu dia dalam praktiknya. Ajarkan dalam memilih kata yang tepat dan bagaimana cara berbicara yang benar agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

4. Jelaskan skenario terburuk
Ada kemungkinan anak merasa takut ditolak, atau takut masalah
akan bertambah buruk ketika Ia membahas lagi masalah tersebut. Berikan tips pada anak tentang bagaimana memasuki sebuah situasi yang menegangkan. Misalkan saat ia terpojok karena perkataan temannya, cukup katakan, "Saya merasa terganggu ketika kamu mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang saya," sehingga teman yang dituju  tidak akan merasa terancam.

5. Ajarkan nilai-nilai kata 'maaf'

Sebuah kata maaf yang tulus kadang sulit untuk dikatakan, tapi sangat
bernilai untuk menyelesaikan konflik. Selain itu, anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang bijak dengan mau mengakui kesalahan dan meminta maaf. Inilah salah satu alasan mengapa orang tua harus selalu jadi sahabat terbaik bagi anak-anak mereka.
















Daftar Pustaka

Hurlock, Elizabeth , Perkembangan  Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra, Jakarta: 1987
Hildayani, Rini , Psiklogi Perkembangan Anak, Jakarta:UT, 2007
Sujiono, Yuliani Nurani , Eriva Syamsiatin, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta:Pudiani Press, 2003


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar